Bagi anda yang ingin mempunyai filenya, silahkan download!.
Baca Makalah Lain:
Makalah Sejarah Indonesia (Kerajaan Mataram Kuno)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal-Usul Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram kita kenal dari sebuah prasasti yang ditemukan desa canggal (barat daya Magelang). Prasasti ini berangka tahun 732 m, ditulis dengan huruf Pallawa dan diubah dalam bahasa Sanskerta yang indah sekali. Isinya terutama adalah memperingati didirikannya sebuah lingga (lambang ciwa) di datas sebuah bukit di daerah Kunjarakunta oleh Raja Sanjaya. Daerah ini letaknya di sebuah pulau yang mulia, yawadwipa, yang kaya akan hasil bumi, terutama padi dan emas.
Istilah Wangsa Sanjaya diperkenalkan oleh sejarawan bernama Dr. Bosch dalam karangannya yang berjudul Sriwijaya, De Sailendrawamsa En De Sanjayawamsa (1952). Ia menyebutkan bahwa, di Kerajaan Medang terdapat dua dinasti yang berkuasa, yaitu Dinasti Sanjaya dan Sailendra.
Nama Wangsa Sanjaya di lihat dari nama pendiri kerajaan Medang, yaitu Sanjaya yang memerintah tahun 732 M. Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Raja selanjutnya adalah Rakai Panangkaran yang dikalahkan oleh Wangsa Sailendra. Pada tahun 778 m raja Sailendra yang beragama Budha aliran Mahayana memerintah Rakai Panangkaran untuk mendirikan candi Kalasan. Sejak saat itu kerajaan Medang dikuasai oleh Wangsa Sailendra. Sampai akhirnya seorang putri mahkota Sailendra yang bernama Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan, keturunan Sanjaya pada tahun 840-an. Rakai Pikatan kemudian mewarisi takhta mertuanya. Dengan demikian, Wangsa Sanjaya kembali berkuasa di Medang.
Kerajaan Mataram Kuno atau disebut dengan Bhumi Mataram. Pada awalnya terletak di Jawa Tengah. Kerajaan ini sering disebut dengan Kerajaan Mataram Kuna sebagai pembeda dengan Mataram Baru atau Kesultanan Mataram (Islam). Kerajaan Mataram merupakan daerah yang subur yang memudahkan terjadinya pertumbuhan penduduk yang cukup pesat dan merupakan kekuatan utama bagi Negara darat.
Kerajaan Mataram berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan antara abad ke-8 dan abad ke-10. Nama Mataram sendiri pertama kali disebut pada prasasti yang ditulis di masa raja Balitung.
B. Wangsa Sanjaya (732 M)
1. Sejarah dan Lokasi
Prabu Harisdarma seorang raja dari Kerajaan Sunda. Ia juga merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah. Ayahnya bernama Bratasenawa yang merupakan raja ketiga Kerajaan Galuh. Saat pemerintahan Bratasenawa pada tahun 716 M, Kerajaan Galuh dikudeta oleh Purbasora. Purbasora dan Bratasena adalah saudara satu ibu, tetapi lain ayah. Bratasenawa beserta keluarga melarikan diri ke Pakuan, pusat Kerajaan Sunda, dan meminta bantuan pada Tarusbawa. Tarusbawa sendiri adalah teman dekat Prabu Harisdarma sendiri adalah suami dari cucu Tarusbawa.
Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh menyerang Purbasora yang saat itu menguasai Kerajaan Galuh dengan bantuan dari Tarusbawa dan berhasil melengserkannya. Prabu Harisdarma pun menjadi raja Kerajaan Sunda Galuh. Prabu Harisdarma yang juga ahli waris dari Kalingga, kemudian menjadi penguasa Kalingga Utara yang disebut Bumi Mataram dan dikenal dengan nama Sanjaya pada tahun 732 M. Sanjaya atau Prabu Harisdarma, raja kedua Kerajaan Sunda (723-732 M), menjadi raja Kerajaan Mataram (Hindu) (732-760 M). ia adalah pendiri Kerajaan Mataram Kuno sekaligus pendiri Wangsa Sanjaya.
Sanjaya adalah seorang raja yang ahli dalam kitab-kitab suci dan dalam keprajuritan. Ia menaklukkan berbagai daerah di sekitar kerajaannya, dan menciptakan ketentraman serta kemakmuran yang dapat dinikmati oleh rakyatnya.
2. Sumber Sejarah
1) Prasasti Canggal
Prasasti yang ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal berangka Tahun 732 M dalam bentuk Candrasangkala. Menggunakan huruf pallawa dan bahasa sangsekerta. Isi dari prasasti tersebut menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) yang merupakan agama Hindu beraliran Siwa di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya serta menceritakan bahwa yang menjadi raja mula-mula adalah sena yang kemudian digantikan oleh Sanjaya.
2) Prasasti Metyasih/Balitung
Prasasti ini ditemukan di desa Kedu, berangka tahun 907 M. Prasasti Metyasih yang diterbitkan oleh Rakai Watukumara Dyah Balitung (Wangsa Sanjaya ke-9) terbuat dari tembaga.. Prasasti ini dikeluarkan sehubungan dengan pemberian hadiah tanah kepada lima orang patihnya di Metyasih, karena telah berjasa besar terhadap Kerajaan serta memuat nama para raja-raja Mataram Kuno.
3. Kehidupan Ekonomi, Sosial, Politik dan Budaya
Adapun kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya, dan budaya di kerajaan mataram kuno.
Ekonomi Sosial Budaya
1. Pertanian
2. Berternak
3. Perdagangan (terdapat pasar berdasarkan penaggalan jawa)
4. Kerajinan rumah tangga
5. Perdagangan internasional 1. Kehidupan sudah teratur
2. Terdapat orang asing yang menetap, dan membayar pajak seperti warga pribumi (walaupun berbeda jumlahnya)
3. Kediaman keluarga istana terpisah dengan para hamba, dan dipisah tembok dengan rakyat
4. Mengenal adanya buruh dan budak
Dari prasasti Metyasih tersebut, didapatkan nama-nama raja dari Wangsa Sanjaya yang pernah berkuasa, yaitu :
1) Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
2) Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
3) Sri Maharaja Rakai Panaggalan (780-800 M)
4) Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
5) Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
6) Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M)
7) Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856 – 882 M)
8) Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882 – 899 M)
9) Sri Maharaja Watukumara Dyah Balitung (898 – 915 M)
10) Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M)
11) Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M)
12) Sri Maharaja Dyah Wawa ( 921 – 928 M)
13) Sri Maharaja Rakai Empu Sendok (929 – 930 M). [6]
4. Keruntuhan Wangsa Sanjaya
Pada abad ke-10, Dyah Wawa mempersiapkan strategi sukses Empu Sendok yang memiliki integritas dan moralitas sebagai calon pemimpin Mataram. Pada saat itulah pemerintahan Dyah Wawa mengalami kemunduran. Empu Sendok yang memegang pemerintahan setelah Dyah Wawa meninggal merasa khawatir terhadap serangan yang dilancarkan oleh Kerajaan Sriwijaya. Empu Sendok memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Sumber lain menyebutkan perpindahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur disebabkan oleh meletusnya gunung merapi di Jawa Tengah.
C. Wangsa Syailendra (752 M)
1. Sejarah dan Lokasi
Syailendra adalah wangsa atau dinasti Kerajaan Mataram Kuno yang beragama Budha. Wangsa Syailendra di Medang, daerah Jawa Tengah bagian selatan. Wangsa ini berkuasa sejak tahun 752 M dan hidup berdampingan dengan Wangsa Sanjaya.
2. Sumber Sejarah
Nama Syailendra pertama kali dijumpai dalam Prasasti Kalasan yang berangka tahun 778 M. Ada beberapa sumber yang menyebutkan asal-usul keluarga Syailendra, Yaitu :
1) Sumber India
Nilakanta Sastri dan Moes yang berasal dari India dan menetap di Palembang menyatakah bahwa pada tahun 683 M keluarga Syailendra melarikan diri ke Jawa karena terdesak oleh Dapunta Hyan.
2) Sumber Funan
Codes beranggapan bahwa Syailendra yang ada di Nusantara berasal dari Funan (Kamboja). Kerusuhan yang terjadi di Funan mengakibatkan keluarga Kerajaan Funan menyingkir ke Jawa dan menjadi penguasa di Mataram pada abad ke-8 M dengan menggunakan nama Syailendra.
3) Sumber Jawa
Menurut Purbatjaraka, Keluarga Syailendra adalah keturunan dari Wangsa Sanjaya di era pemerintahan Rakai Panangkaran. Raja-raja dari keluarga Sayilendra adalah asli dari Nusantara sejak Rakai Panangkaran berpindah agama menjadi penganut agama Budha Mahayana. Pendapatnya tersebut berdasarkan Carita Parahiyangan yang menyebutkan bahwa Sanjaya menyerahkan kekuasaanya di Jawa Barat kepada puteranya dari Tejakencana, yaitu Rakai Tamperan atau Rakeyan Panambaran dan memintanya untuk berpindah agama.
Selain dari teori tersebut di atas dapat dilihat dari beberapa Prasasti yang ditemukan, Yaitu :
1) Prasasti Sojomerto
Prasasti yang berasal dari pertengahan abad ke-7 itu berbahasa Melayu Kuno di desa Sojomerto, Kabupaten Pekalongan yang menjelaskan bahwa Dapunta Syailendra adalah penganut agama Siwa.
2) Prasasti Kalasan
Prasasti yang berangka tahun 778 M merupakan prasasti peninggala Wangsa Sanjaya. Prasasti ini menceritakan tentang pendirian Candi Kalasan oleh Rakai Panagkaran atas permintaan keluarga Syailendra serta sebagai penghadiahan desa Kalasan untuk umat Budha.
3) Prasasti Klurak
Prasasti yang berangka tahun 782 M, di daerah Prambanan menyebutkan tentang pembuatan Arca Manjusri yang merupakan perwujudan Sang Budha, Wisnu dan Sanggha. Prasasti ini juga menyebutkan nama raja yang berkuasa saat itu yang bernama Raja Indra.
4) Prasasti Ratu Boko
Prasasti berangka tahun 865 M menyebutkan tentang kekalahan Raja Balaputra Dewa dalam perang saudara melawan kakaknya Pradhowardhani dan melarikan diri ke Palembang.
3. Kehidupan Ekonomi, Sosial dan Politik
Kehidupan sosial Kerajaan Mataram Dinasti Syailendra ditafsirkan telah teratur. Hal ini dilihat dari pembuatan Candi yang menggunakan tenaga rakyat secara bergotong royong. Dari segi budaya Kerajaan Dinasti Syailendra juga banyak meninggalkan bangunan-bangunan megah dan bernilai.
Adapun Raja-raja yang pernah berkuasa, yaitu :
1) Bhanu (752 – 775 M)
2) Wisnu (775 – 782 M)
3) Indra (782 – 812 M)
4) Samaratungga ( 812 – 833 M)
5) Pramodhawardhani (883 – 856 M)
6) Balaputera Dewa (883 – 850 M)
4. Keruntuhan Wangsa Syailendra
Sejak terjadi perebutan kekuasaan dan dipimpin oleh Rakai Pikatan, agama Hindu mulai dominan menggantikan agama Budha. Sejak saat itulah berakhirnya masa Wangsa Syailendra di Bumi Mataram.
Dari kedua Wangsa yang berkuasa di Bhumi Mataram tersebut, sampai saat ini masih dapat dilihat bangunan-bangunan suci yang berbentuk, yaitu : Candi di pegunungan Dieng, Candi Gedung Songo, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Prambanan, Candi Sambi Sari dan lain-lain.
D. Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno
Adapun penyebab dari keruntuhan mataram kuno adalah sebagai berikut:
a. Akibat letusan gunung merapi pada tahun 1006 M. Sehingga menghancurkan kerajaan mataram kuno, letusan itu juga melongsorkan tubuh merapi sehingga sebagian tubuh merapi lengser dan membentuk pervukitan gendol atau bukit wukir. Letusan itu disebut mahapralaya atau pralaya yang berarti kehancuran besar.
b. Terjadinya krisis politik pada tahun 927-929 M
c. Runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan ekonomi. Di jawa tengah daerahnya kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak ada pelabuhan strategis. Sementra di jawa timur, merupakan jalur yang strategis untuk perdagangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Asal usul Kerajaan Mataram Kuno
istilah Wangsa Sanjaya diperkenalkan oleh sejarawan bernama Dr. Bosch dalam karangannya yang berjudul Sriwijaya, de Sailendrawamsa en de Sanjayawamsa (1952). Ia menyebutkan bahwa, di Kerajaan Medang terdapat dua dinasti yang berkuasa, yaitu dinasti Sanjaya dan Sailendra.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk kepada nama pendiri Kerajaan Medang, yaitu Sanjaya yang memerintah sekitar tahun 732. Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa, dan berkiblat ke Kunjaradari di daerah India.Raja selanjutnya ialah Rakai Panangkaran yang dikalahkan oleh dinasti lain bernama Wangsa Sailendra. Pada tahun 778 raja Sailendra yang beragama Buddha aliran Mahayana memerintah Rakai Panangkaran untuk mendirikan Candi Kalasan. Sejak saat itu Kerajaan Medang dikuasai oleh Wangsa Sailendra. Sampai akhirnya seorang putri mahkota Sailendra yang bernama Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan, seorang keturunan Sanjaya, pada tahun 840–an. Rakai Pikatan kemudian mewarisi takhta mertuanya. Dengan demikian, Wangsa Sanjaya kembali berkuasa di Medang.
2. Keruntuhan Mataram Kuno
Adapun penyebab dari keruntuhan mataram kuno adalah sebagai berikut:
1) Akibat letusan gunung merapi pada tahun 1006 M. Sehingga menghancurkan kerajaan Mataram Kuno, letusan itu juga melongsorkan tubuh merapi sehingga sebagian tubuh merapi lengser dan membentuk Perbukitan Gendol atau Bukit Wukir. Letusan itu disebut Mahapralaya atau Pralaya yang berarti kehancuran besar.
2) Terjadinya krisis politik pada tahun 927-929 M
3) Runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan ekonomi. Di Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak ada pelabuhan strategis. Sementara di Jawa Timur, merupakan jalur yang strategis untuk perdagangan.
DAFTAR PUSTAKA
Badrika, Wayan. 2004. Sejarah Nasional Indonesia dan Umum. Jakarta: Erlangga.
http://hqamru.wordpress.com/2008/04/23/seputar-keruntuhan-kerajaan-mataram-hindu-kuno/). Diakses 15 oktober 2011
http://www.niamblog.com/sejarah-kerajaan-mataram-kuno/ diakses 15 oktober 2011
http://riefjournal.blogspot.com/2010/02/asal-usul-kerajaan-mataram-kuno.html diakses 15 oktober 2011
Soekmono. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia II. Jakarta: Kanisius.
Suhadi, Machi. Dkk. 2007. Ilmu pengetahuan sosial sejarah. jakarta: erlangga.
Belum ada tanggapan untuk "Makalah Sejarah Indonesia (Kerajaan Mataram Kuno)"
Post a Comment