Bagi anda yang ingin mempunyai filenya, silahkan download!.
Makalah Sejarah Peradaban Islam (Dinasti Umawiyah Timur-Barat 711-1492, 661-750)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah berakhirnya masa kekuasaan Ali Bin Abi Thalib lahirlah masa kekuasaan yang berpola dinasti atau kerajaan. Pola kepemimpinan ini sangat berbeda dengan apa yang diterapkan pada masa sebelumnya yaitu pada masa Ali yang masih menerapkan pola keteladanan Nabi Muhammad, yaitu pemilihan khalifah dengan proses musyawarah. Bentuk pemerintahan dinasti atau kerajaan ini bersifat kekuasaan foedal dan turun temurun, hanya untuk mempertahankan kekuasaan, adanya unsur otoriter, kekuasaan mutlak, kekerasan, diplomasi disertai dengan tipu daya, dan hilangnya keteladanan Nabi untuk musyawarah dalam menentukan pemimpin merupakan gambaran umum kekuasaan sesudah khulafa urasyidin. Dinasti Umayyah merupakan kerajaan Islam pertama yang didirikan oleh Muawiyah Ibn Abi Sufyan. Perintisan dinasti ini dilakukandengan cara menolak pembai’atan terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib, kemudian ia memilih berperang dan melakukan perdamaian dengan pihak Ali dengan strategi politik yang sangat menguntungkan.
Jatuhnya Ali dan naiknya Muawiyah juga disebabkan keberhasilan pihak khawarij (kelompok yang membangkan dari Ali) membunuh khalifah Ali, meskipun kemudian kekuasaan dipegang oleh putranya Hasan, namun tanpa dukungan yang kuat dan kondisi politik yang kacau akhirnya kepemimpinannya pun hanya bertahan sampai beberapa bulan. Pada akhirnya Hasan menyerahkan kepemimpinan kepada Muawiyah, namun dengan perjanjian bahwa pemilihan kepemimpinan sesudahnya adalah diserahkan kepada umat Islam. Perjanjian tersebut dibuat pada tahun 661 M / 41 H dan dikenal dengan jama’ah karena perjanjian ini mempersatukan umat Islam menjadi satu kepemimpinan, namun secara tidak langsung mengubah pola pemerintahan menjadi kerajaan. Munculnya Dinasti Umayyah memberikan babak baru dalam kemajuan peradaban Islam, hal itu dibuktikan dengan sumbangan-sumbangannya dalam perluasan wilayah, kemajuan pendidikan, kebudayaan dan lain sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah
Berdirinya Daulah Umayyah berasal dari nama Umayyah Ibn ‘Abdi Syams Ibn ‘Abdi Manaf, pemimpin kabilah Quraisy pada zaman jahiliyah. Mereka masuk agama Islam setelah mereka tidak menemukan jalan lain selain memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad berserta beribu-ribu pengikutnya yang benar-benar percaya terhadap kerasulan dan kepemimpinan yang menyerbu masuk ke dalam kota Makkah. Memasuki tahun ke 40 H/660 M, banyak sekali pertikaian politik dikalangan umat Islam, puncaknya adalah ketika terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Thalib oleh Ibnu Muljam. Setelah khalifah terbunuh, kaum muslimin diwilayah Iraq mengangkat al-Hasan putra tertua Ali sebagai khalifah yang sah. Sementara itu Mu’awiyah sebagi gubernur propinsi Suriah (Damaskus) juga menobatkan dirinya sebagai Khalifah.
Namun karena Hasan ternyata lemah sementara Mu’awiyah bin Abi Sufyan bertambah kuat, maka Hasan bin Ali menyerahkan pemerintahannya kepada mu’awiyyah bin abi sufyan. Mereka memeluk Islam pada saat terjadi penaklukan kota Makkah. Karier politik Mu'awiyah mulai meningkat pada masa pemerintahan Umar Ibn Khattab. Setelah kematian Yazid Ibn Abu Sufyan pada peperangan Yarmuk, Mu'awiyah diangkat menjadi kepala di sebuah kota di Syria. Karena keberhasilan kepemimpinannya, tidak lama kemudian dia diangkat menjadi gubernur Syria oleh khalifah Umar.
Mu'awiyah selama menjabat sebagai gubernur Syria, giat melancarkan perluasan wilayah kekuasaan Islam sampai perbatasan wilayah kekuasaan Bizantine. Pada masa pemerintahan khalifah Ali Ibn Abu Thalib, Mu'awiyah terlibat konflik dengan khalifah Ali untuk mempertahankan kedudukannya sebagai gubernur Syria.Sejak saat itu Mu'awiyah mulai berambisi untuk menjadi khalifah dengan mendirikan dinasti Umayyah. Setelah menurunkan Hasan Ibn Ali, Mu'awiyah menjadi penguasa seluruh imperium Islam,dan menaklukan Afrika Utara merupakan peristiwa penting dan bersejarah selama masa kekuasaannya.
Lahirnya dinasti umayyah dimulai dari peristiwa tafhkim setelah pecahnya perang Shiffin di Daumatul Jandal. Dikisahkan bahwa Hasan yang menggantikan ayahnya, Ali bin Abi Thalib, mengadakan perjanjian damai dengan Mu’awiyah agar gejolak dan pemberontakan yang terjadi tidak sampai menghancurkan keutuhan umat Islam.
Dalam upaya perdamaian, khalifah Hasan bin Ali mengirimkan surat melalui Amr bin Salmah al-Arabi yang berisib pesan perdamaian. Dalam perundingan ini, Khalifah Hasan mengajukan syarat bahwa ia bersedia menyerahkan kekuasaan kepada Mu’awiyah dengan beberapa ketentuan sebagaimana berikut:
- Mu’awiyah menyerahkan harta Baitul Mal kepadanya untuk melunasi utang-utangnya kepada pihak lain.
- Mu’awiyah tak lagi melakukan cacian dan hinaan terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib beserta keluarganya.
- Mu’awiyah menyerahkan pajak bumi dari persia dan daerah Bijinad kepada Hasan setiap tahun.
- Setelah Mu’awiyah berkuasa, maka masalah kepemimpinan (kekhalfahan) harus diserahkan kepada umat islam untuk melakukan pemilihan kembali pemimpin umat islam.
- Mu’awiyah tidak boleh menarik sesuatu pun dari penduduk Madinah, Hijaz, dan Irak. Sebab, hal itu telah menjadi kebijakan khalifah Ali bin Abi Thalib sebelumnya.
Setelah kesepakatan damai ini, Mu’awiyah mengirimkan sebuah surat dan kertas kosong yang dibubuhi tanda tangannya untuk diisi oleh Hasan. Dalam surat itu, ia menulis, “Aku mengakui bahwa karena hubungan darah, Anda lebih berhak menduduki jabatan khalifah. Dan, sekiranya aku yakin kemampuan Anda lebih besar untuk melaksanakan tugas-tugas kekhalifahan, aku tidak akan ragu berikrar setia kepadamu.”
Akhirnya, pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 41 H/661 M, terjadi kesepakatan damai antara Hasan dan Mu’awiyah, yang kemudian dikenal dengan Aam Jama’ah, karena kaum muslimin sepakat untuk memilih satu pemimpin saja, yaitu Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Penyerahan kekuasaan pemerintah islam dari Hasan ke Mu’awiyah ini menjadi tonggak formal berdirinya kelahiran Dinasti Umayyah di bawah kepemimpinan khalifah pertama, Mu’awiyah bin Abu Sufyan.
Proses penyerahan kekuasaan dari Hasan bin Ali kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dilakukan di suatu tempat yang bernama Maskin, dengan ditandai pengangkatan sumpah setia. Dengan demikian, Mu’awiyah telah berhasil meraih cita-cita untuk menjadi seorang pemimpin umat Islam menggantikan posisi dari Hasan bin Ali sebagai khalifah.
Dengan demikian, maka secara resmi berdirilah dinasti baru, yaitu Dinasti Bani Umayyah (661-750 m). Dalam menjalankan roda pemerintahannya, Mu’awiyah mengubah gaya kepemimpinan lama dengan cara mengadopsi gaya kepemimpinan raja-raja Persia dan Romawi, berupa peralihan kekuasaan kepada putranya secara turun temurun. Kondisi ini sekaligus menandai berakhirnya sistem pemerintahan khalifah yang didasari asas demokrasi untuk menentukan pemimpin umat islam sebagaiman yang terjadi pada khalifah-khalifah sebelumnya. Setelah resmi menjabat sebagai khalifah, Mu’awiyah bin Abu Sufyan memindahkan ibu kota negara dari Madinah ke Damaskus.
Sistem pemerintahan yang diterapkan oleh Bani Umayyah ternyata banyak mendapat sorotan dan menimbulkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat islam saat itu.akibatnya, timbul perlawanan terhadap Bani Umayyah yang dimulai oleh Husein bin Ali, putra kedua Ali bin Abi Thalib. Dalam salah satu perjanjian dengan Hasan, Mu’awiyah berjanji akan mengembalikan kekhalifahan Islam. Namun, Mu’awiyah tetap memberikan tahta kepada putranya karena dianggap lebih pantas.
Pada tahun 680 M. Husein bin Ali pindah dari madinah ke Makkah. Kemudian, atas permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak, ia berangkat ke kufah karena dijanjikan untuk dibaiat menjadi khalifah. Umat islam di daerah ini nmemang tidak mengakui Yazid sebagai khalifah.
Dalam perjalanan menuju Kufah, Husein mendapat kabar bahwa Muslim bin Aqil (keponakan nabi) tewas. Husein pun sadar bahwa keputusannya ke Irak keliru, dan ia hendak pulang menuju Makkah atau Madinah, namun anak-anak Muslim meminta agar Husein tidak pulang sampai mereka menuntut hukum atas terbunuhnya ayah mereka.
Bersamaan dengan itu, Ubaidillah bin Ziyad telah mengutus al-Hurru bin Yazid at-tamimi dengan membawa 1.000 pasukan untuk menghadang Husein agar tidak memasuki kufah.
Saat Husein menginjakkan kakinya di daerah Karbala, tibalah 4.000 pasukan lainnya yang dikirim oleh Ubaidillah bin Ziyad dengan pimpinan pasukan Umar bin Saad.
Saat itulah, terjadilah peperangan yang sangat tidak imbang antara 23 orang di pihak Husein berhadapan dengan 5.000 pasukan. Kemudian, 30 orang pasukan Irak yang dipimpin oleh Hurru bin Yazid at-Tamimi membelot dan bergabung dengan Husein. Peperangan yang tidak imbang itu menewaskan semua orang yang mendukung Husein, hingga tersisa Husein seorang diri. Orang-orang kufah merasa takut dan segan untuk membunuhnya, masih tersisa sedikit rasa hormat mereka kepada darah keluarga Nabi Muhammad SAW. Namun, ada seorang laki-laki yang bernama Amr bin Dzi al-jausyan, melemparkan panah yang mengenai Husein, Husein pun terjatuh lalu orang-orang mengeroyoknya, Husein akhirnya syahid.
B. Para Khalifah Dinasti Umayyah
Kekuasaan Dinasti Umayah hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan 14 khalifah. Khalifah yang pertama adalah Muawiyah bin Abi Sufyan, sedangkan Khalifah yang terakhir adalah Marwan bin Muhammad.Di antara mereka ada pemimpin-pemimpin besar yang berjasa ada pula khalifah yang tidak begitu berpengaruh dan lemah. Adapun khalifah-khalifah dinasti Umayah adalah sebagai berikut :
1. Muawiyah I bin Abi Sufyan 41-60H/661-679M
2. Yazid I bin Muawiyah 60-64H/679-683M
3. Muawiyah II bin Yazid 64H/683M
4. Marwan I bin Hakam 64-65H/683-684M
5. Abdul Malik bin Marwan 65-68H/684-705M
6. Al-Walid I bin Abdul Malik 86-96H/705-714M
7. Sulaiman bin Abdul Malik 96-99H/714-717M
8. Umar bin Abdul Aziz 99-101H/717-719M
9. Yazid II bin Abdul Malik 101-105H/719-723M
10. Hisyam bin Abdul Malik 105-125H/723-742M
11. Al-Walid II bin Yazid II 125-126H/742-743M
12. Yazid bin Walid bin Malik 126H/743M
13. Ibrahim bin Al Walid II 126-127H/743-744M
14. Marwan II bin Muhammad 127-132H/744-750M
a. Muawiyah I bin Abi sufyan
Silsilah Muawiyah bin Abi sufyan sebagai pendiri Daulah Umawiyah yang berkuasa atas pemerintah kaum muslimin selama 80 tahun (40-132H) bersambung kepada umayah bin Abdus syams bin Abdul manaf bin Qushay.
Muawiyah mendapat kursi ke khalifahan setelah Hasan bin Ali bin Abi thalib berdamai dengannya pada tahun 41 H. Sebagian umat islam membaiat Hasan bin Ali setelah ayahnya wafat, tetapi hasan menyadari kelemahannya sehingga ia berdamai dan menyerahkan kepemimpinan umat islam kepada Muawiyah.
Jasa-jasa kepemrintahan Muawiyah ialah mengadakan dinas pos kilat dengan menggunakan kuda-kuda yang selalu siap ditiap pos, ia juga berjasa mendirikan kantor cap(percetakan mata uang) dll.
Mu’awiyah dilahirkan kira-kira 15 tahun sebelum Hijrah, dan masuk islam pada hari penaklukan kota Makkah bersama-sama penduduk kota Makkah lainnya. Waktu itu ia berusia 23 tahun. Rasulullah ingin sekali mendekatkan orang-orang yang baru masuk islam diantara pemimpin-pemimpin keluarga ternama kepadanya, agar perhatian mereka kepada islam itu tertanam dalam hati mereka. Sebab itu Rasulullah berusaha supaya Mu’awiyah menjadi lebih akrab kepada beliau. Mu’awiyah lalu diangkat menjadi anggota dari sidang penulis wahyu.
Mu’awiyah dianggap sebagai pendiri dinasti Umayyah dan sebagai khalifah pertama. Mu’awiyah diangkat sebagai khalifah dinasti Umayyah di Ilya’ (Yerussalem) pada 40 H/660 M. Oleh Mu’awiyah, ibu kota negara dipindahkan dari Kufah ke Damaskus.
Sistem pemerintahan yang Mu’awiyah jalankan adalah sistem pemerintahan yang turun temurun (monarkhi). Hal ini dipengaruhi oleh sistem pemerintahan yang ada di persia dan Byzantium.
b. Yazid I bin Muawiyah
Yazid dilahirkan dari istri Muawiyah yang bernama maimu binti bahdal Al- Kabiah, seorang wanita kampung yang dinikahi Muawiyah sebelum ia menjadi khalifah. Ia fasih dalam berkata, dermawan dan sangat pandai bersyair.
Yazid tidak sekuat ayahnya dalam memerintah banyak tantangan yang dihadapinya antara lain menghadapi pemberontak syiah yang telah membaiat husain sepeninggal Muawiyah, menghadapi para pemberontak di mekah dan madinah, dll.
Ketika Mu’awiyah meninggal dunia, masyarakat luas membai’at Yazid sebagai khalifah, kecuali Al-Husain bin Ali, Abdullah bin Az-Zubair, Abdullah bin Al Abbas, dan Abdullah bin Umar.
c. Muawiyah II bin yazid
Muawiyah II saat diangkat menjadi khalifah masih anak-anak dan dianggap lemah. Dia tidak meninggalkan sesuatu yang pantas untuk dicatat mengingat masa pemerintahannya juga hanya 40 hari saja. Dia juga tidak sempat menikmati masa kekuasaannya karena ia sakit sehingga hanya terdiam didalam rumahnya. Sebelum kemudian ia wafat.
d. Marwan I bin Hakam
Ketika muawiyah II wafat dan tidak menunjuk siapa penggantinya, maka keluarga besar Umayah mengangkatnya sebagai khalifah, ia dianggap orang yang mengendalikan kekuasaan karena pengalamannya, Marwan menundukan palestina,hijaz dan irak. Tetapi ia hanya memerintah 1 tahun dan menunjuk anaknya sebagai pengganti seelum ia wafat.
e. Abdul Malik bin Marwan
Abdul Malik bin Marwan lahir dimadinah pada tahun 26 H, pada masa pemerintahan ustman bin Affan tercatat bahwa ia tumbuh dengan sangat cepat dan terkenal sebagai pemberani serta suka menolong ia juga dikenal sebagai khalifah yang dalam ilmu agamanya.
Pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan dinasti Umayah mengalami puncak kejayaan dan disebut-sebut sebagai pendiri kedua bagi kedaulatan umayah. Ia telah berhasil mengembalikan integritas wilayah dan wibawa kekuasaan umayah dari para pengacau sebelumnya, mulai dari gerakan separatis Abdullah bin Zubair di hijaz pemberontakan kaum syiah dan khawarij dan lain sebagainya.
Beberapa jasanya ialah Ia pernah menundukan tentara romawi, ia memerintahkan penggunaan bahasa arab dalam administrasi diwilayah Umayah , ia juga memerintahkan mencetak uang secara teratur, membangun gedung, masjid serta saluran air.
f. Al-Walid I bin Abdul Malik
Memerintah 10 tahun lamanya pada masa pemerintahannya kekayaan dan kemakmuran melimpah ruah. Kekuasaan islam melangkah kespanyol di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad ketika afrika dipegang oleh gubernur Musa bin Nushair. Karena kekayaan melimpah maka ia sempurnakan pembangunan gedung-gedung, pabrik-pabrik dan jalan-jalan yang dilengkapi sumur untuk para khafilah yang berlalu lalang dijalur tersebut.
g. Sulaiman bin Abdul Malik
Ia merupakan khalifah yang kurang bijaksana, suka harta sebagaimana yang diperlihatkan ketika ia menginginkan harta rampasan perang dari spanyol yang dibawa oleh Musa bin Nushair. Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik dibencioleh rakyatnya. Karena tabiatnya yang kurang bijaksana itu para pejabat terpecah belah begitu pula masyarakatnya.
h. Umar bin Abdul Aziz
Umar meskipun masa pemerintahannya singkat hanya dua tahun, namun umar merupakan “lembaran putih” Bani Umayah dan sebuah periode yang berdiri sendiri, mempunyai karakter yang tidak terpengaruh oleh berbagai kebijaksanaan bani Umayah yang banyak disesali. Ia merupakan personifikasi seorang khalifah yang taqwa dan bersih.
Ia mengadakan perdamaian antara Amawiyah, syiah dan Khawarij, menghentikan peperangan dan menghentikan caci maki terhadap khalifah Ali bin Abi thalib. Banyak juga jasa khalifah umar kepada rakyatnya seperti memeratakan kemakmuran , mengurangi beban pajak dan lain-lain.
i. Yazid II bin Abdul Malik
Dilantik menjadi khalifah pada bulan Rajab tahun 101 H. Pada masa pemerintahannya terjadi lagi perselisihan antara kaum mudariyah dan kaum yamaniah, pemerintahannya yang singkat itu mempercepat kemunduran Umayah.
j. Hisyam bin Abdul Malik
Hisyam adalah seorang yang cerdas, penyantun dan murah hati. Dia juga terkenal sebagai seorang ahli strategi dan seorang politikus ulung sehingga dikatakan, bahwa ahli politiknya bani umayah ada tiga orang : Muawiyah, Abdul Malik dan Hisyam.
k. Al Walid II bin Yazid II
Al walid terkenal sebagai seorang khalifah yang gemar berfoya-foya. Hura-hura dan main perempuan. Dia juga dikenal sebagai penyair yang kualitatif yang berhasil menciptakan beberapa bait syair yang baik sekali dalam objek celaan, asmara dan obsesinya tentang arak.
l. Yazid bin Walid bin Malik
Ia adalah seorang bermata juling dan suka menampakan diri sebagai orang yang taat beribadah. Namun ia juga dijuluki dengan orang kikir karena telah memotong gaji para tentara terutama tentara hijaz. Ia juga seorang khalifah yang berfaham mu’tazilah.
m. Ibrahim bin Al Walid II
Ibrahim bin Al Walid II dilantik sesudah Yazid bin Walid meninggal dan memerintah hanya 2 bulan saja.
n. Marwan II bin Muhammad
Ia merupakan khalifah umayah terakhir yang dibunuh dimesir oleh pasukan abasiyah.
C. Masa Kemajuan Dinasti Umayyah
Suatu era agresif, di mana perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang terhenti sejak zaman kedua khulafaur rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun, banyak bangsa di empat penjuru mata angin beramai-ramai masuk ke dalam kekuasaan islam, yang meliputi tanah spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, jazirah arab, syiria, palestina, sebagian daerah Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia.
Pertama, front melawan bangsa Romawi di Asia kecil dengan sasaran utama pengepungan ke ibu kota Konstantinopel, dan penyerangan ke pulau-pulau di Laut Tengah. Kedua, front Afrika Utara. Selain menundukkan daerah hitam Afrika, pasukan muslim juga menyebrangi Selat Gibraltar, lalu masuk ke spanyol. Ketiga, front timur menghadapi wilayah yang sangat luas, sehingga operasi ke jalur ini di bagi menjadi dua arah. Yang satu menuju utara ke daerah-daerah di seberang sungai Jihun (Ammu Darya). Sedangkan yang lainnya kea rah selatan menyusuri Sind, wilayah India bagian barat.
Saat-saat yang paling mengesankan dalam ekspansi ini ialah terjadi pada paruh pertama dari seluruh masa kekhalifahan Bani Umayyah yaitu ketika kedaulatan dipegang oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dan tahun-tahun terakhir dari zaman kekuasaan Abdul Malik. Disamping keberhasilan tersebut, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan berbagai bidang, baik politik (tata pemerintahan) maupun social kebudayaan. Dalam bidang politik, Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan yang sama sekali baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi kenegaraan yang semakin kompleks. Selain mengangkat Majelis Penasihat sebagai pendamping, khalifah Bani Umayyah dibantu oleh beberapa sekretaris untuk membantu pelaksanaan tugas, yang meliputi :
1. Katib Ar-Rasail, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan administrasi dan surat-menyurat denagn para pembesar setempat.
2. Katib Al-Kharraj, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan penerimaan dan pengeluaran Negara.
3. Katib Al-Jundi, sekeretaris yang bertugas menyelenggarakan berbagai hala yang berkaitan dengan ketentaraan.
4. Katib Asy-Syurtah, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum.
5. Katib Al-Qudat, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan tertib hukum melalui badan-badan peradilan dan hakim setempat.
Dinasti Umayyah meneruskan tradisi kemajuan dalam berbagai bidang yang telah dilakukan masa kekuasaan sebelumnya, yaitu masa kekuasaan khulafaur rasyidin. Dalam bidang peradaban Dinasti Umayyah telah menemukan jalan yang lebih luas kearah pengembangan dan perluasan berbagai bidang ilmu pengetahuan, dengan bahasa Arab sebagai media utamanya. Menurut Jurji Zaidan (George Zaidan) beberapa kemajuan dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan antara lain sebagai berikut:
1. Pengembangan Bahasa Arab
Para penguasa Dinasti Umayyah telah menjadikan Islam sebagai daulah (Negara), kemudian dikuatkannya dan dikembangkanlah bahasa arab dalam wilayah kerajaan Islam. Uapaya tersebut dilakukan dengan menjadikan bahasa arab sebagai bahasa resmi dalam tata usaha Negara dan pemerintahan sehingga pembukuan dan surat-menyurat harus menggunakan bahasa arab , yang sebelumnya menggunakan bahasa romawi atau bahasa Persia di daerah-daerah bekas jajahan mereka dan Persia sendiri.
2. Marbad Kota Pusat Kegiatan Ilmu
Dinasti Umayyah juga mendirikan sebuah kota kecil sebagai pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pusat kegiatan ilmu dan kebudayaan itu dinamakan Marbad, kota satelit dari Damaskus. Dikota Marbad inilah berkumpul para pujangga, filsuf, ulama, penyair dan cendekiawan lainnya, sehingga kota ini diberi gelar ukadz-nya Islam.
3. Ilmu Qiraat
Ilmu Qiraat adalah ilmu seni baca al-qur’an. Ilmu qiraat merupakan ilmu syariat tertua, yang telah dibina sejak zaman khulafaur rasyidin. Kemudian masa Dinasti Umayyah dikembangluaskanlah sehingga menjadi cabang ilmu syariat yang sangat penting. Pada masa ini para ahli qiraat ternama seperti Abdullah bin Qusair. (w. 120 H) dan Ashim bin Abi Nujud (w. 127 H).
4. Ilmu Tafsir
Untuk memahami Alquran sebagai kitab suci diperlukan interpretasi pemahaman secara komprehensif. Minat untuk menafsirkan Alquran di kalangan umat Islam bertambah. Pada masa perintisan Ilmu tafsir yang membukukan ilmu tafsir yaitu Mujahid (w. 104 H).
5. Ilmu Hadis
Ketika kaum muslimin telah berusaha memahami Alquran ternyata ada satu hal yang juga sangat meraka butuhkan, yaitu ucapan-ucapan Nabi yang disebut hadis. Oleh karena itu, timbullah usaha untuk mengumpulkan hadis, menyelidiki asal usulnya , sehingga akhirnya menjadi satu ilmu yang berdiri sendiri yang dinamakan ilmu hadis. Di antara para ahli hadis yang termasyhur pada masa Dinasti Umayyah adalah Al-Auzai Abdurrahman bin Amru (w. 159 H), Hasan Basri (w. 110 H), Ibnu malikah (119 H), dan Asya’bi Abu Amru Amir bin Syurahbil (w. 104 H).
6. Ilmu fiqh
Setelah islam menjadi daulah, maka para penguasa sangat membutuhkan adanya peraturan-peraturan untuk menjadi pedoman dalam menyelesaikan berbagai masalah. Alquran adalah dasar fiqh Islam, dan pada zaman ini ilmu fiqh telah menjadi satu cabang ilmu syariat yang berdiri sendiri.
7. Ilmu Nahwu
Pada masa Dinasti Umayyahkarena wilayahnya berkembang secara luas, khususnya ke wilayah di luar arab, maka ilmu nahwu sangat diperlukan. Hal tersebut disebabkan pula bertambahnya orang-orang Ajam (non-arab) yang masuk Islam, sehingga keberadaan bahasa arab sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, dibukukanlah ilmu nahwu dan berkembanglah satu cabang ilmu yang penting untuk mempelajari barbagai ilmu agama islam.
8. Ilmu Jughrafi dan Tarikh
Jughrafi dan Tarikh pada masa Dinasti Umayyah telah berkembang menjadi ilmu tersendiri. Demikian pula ilmu tarikh (ilmu sejarah), baik sejarah umum maupun sejarah islam pada khususnya. Adanya pengembangan dakwah Islam ke daerah-daerah baru yang luas dan jauh menimbulkan gairah untuk mengarang ilmu jughrafi (ilmu bumi atau geografi), demikian pula ilmu tarikh.
9. Usaha Penerjemahan
Untuk kepentingan pembinaan dakwah Islamiyah, pada masa Dinasti Umayyah dimulai pula penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa-bahasa lain ke dalam bahasa arab.
D. Masa Kehancuran Dinasti Umayyah
Meskipun kejayaan telah diraih oleh Bani Umayyah ternyata tidak bertahan lebih lama, dikarenakan kelemahan-kelemahan internal dan semakin kuatnya tekanan dari pihak luar. Menurut Dr. Badri Yatim, ada beberapa factor yang menyebabkan Dinasti Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran, yang sebagai berikut:
1. System pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah yang baru bagi tradisi Arab, yang lebih menentukan aspeksenioritas, pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan system pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota kaluarga istana.
2. Latar belakang terbentuknya Umayyah tidak dapat dipisahkan dari berbagai konflik politik yang terjadi di masa Ali.sisa-sisa Syi’ah (para pengikut Ali) dan khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak memyedot kekuatan pemerintah.
3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qais) dan Arab Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum islam semakin runcing .
4. Lemahnya pemerintahan daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan.
5. Penyebab langsung runtuhnya kekuasaan Dinasti Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abbas Al-Muthalib.
Demikianlah, Dinasti Umayyah pasca wafatnya Umar bin Abdul Aziz yang berangsur-angsur melemah. Kekhalifahan sesudahnyadipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh yang melemahkan dan akhirnya hancur. Dinasti Bani Umayyah diruntuhkan oleh Dinasti Bani Abbasiyah pada masa khalifah Marwan bin Muhammad (Marwan II) pada tahun 127 H/744 M.
E. Masuknya Islam di Spanyol
Spanyol diduduki umat islam pada zaman Khalifah Al Walid (705-715M), salah seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayah. Penguasaan Afrika Utara itu terjadi dimasa Khalifah Abdul Malik (685-705M). Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan islam yang dapat dikatakan paling berasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibnu Nushair.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya mencul pada masa pemerintahan khalifah Umar ibn Aziz tahun 99H/717M. Kali ini, sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan pyrenia dan perancis selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al samah, tetapi usahanya gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 201 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abd Al- Rahman ibnu Abdullah Al-Ghifari. Dengan pasukannya, ia meneyrang kota bordesu,poiter,dan dari sini ia mencoba menyerah kota tours, akan tetapi, diantara kota poiter dam Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke spanyol. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya dimulai pada abadke 8 M ini, telah menjangkau seluruh spanyol dan menjangkau jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari italia.
F. Penyebab Islam Mudah Masuk di Spanyol
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat islam tampak mudah disebabkan oleh faktor eksternal dan fakor internal. Faktor eksternal yaitu suatu kondisi yang terdapat didalam negeri Spanyol itu sendiri.contoh : kondisi politik yang buruk mengakibatkan sosial dan ekonominya semakin lemah. Faktor internal: suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, beberapa tokoh pejuang dan para prajurit islam yang terlibat dalam wilayah spanyol khususnya contoh : sikap yang kompak,berani dan percaya diri yang dimiliki para pemimpin dan prajurit islam.
G. Perkembangan Islam di Spanyol
Sejarah panjang yang dilalui umat islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode yaitu:
1. Periode pertama (711-755M)
Pada periode ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat diDamaskus. Pada periode ini stabilitas politik di negeri Spanyol belum tercapai sempurna, gangguan masih banyak terjadi. Baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan diantara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh islam di Spanyol yang bertempat tinggal didaerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk pada pemerintahan islam. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd Al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun (138H-775M).
2. Periode Kedua(755-912M)
Pada periode ini Spanyol berada diabawah pemerintahan yang bergelar amir(panglima/gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan ketika itu. Yang masih dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Pada periode ini, umat islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan. Baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Namun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. seperti gerakan kristen fanatik yang mencari kesyahidan, golongan pemberontak ditoledo dan pemberontakan lainnya.
3. Periode Ketiga(912-1013M)
Periode ini berlangsung mulai pemerintahan Abd Al-Rahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan muluk attawaif . pada periode ini umat islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan. Menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd Al-Rahman An-Nashir mendirikan universitas cordova. Awal kehancuran khalifah Bani Umayah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan actual ditangan para pejabat.
4. Periode Keempat(1013-1086 M)
Pada periode ini. Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara dibawah pemerintahan raja-raja golongan. Umat islam Spanyol kembali memasuki pertikaian intern.ironisnya kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik islam itu, untuk pertama kalinya, orang-orang kristen pada periode ini, mulai mengambil inisiatif peperangan.
5. Periode Kelima (1086-1248M)
Pada periode ini, Spanyol islam masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat suatau kekuatan yang dominan, yaitu Kekuasaan Dinasti Murabithun(1086-1143M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235M). Dinasti Murabithun didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa islam disana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negri-negrinya dari serangan orang-orang Kristen. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart.
6. Periode Keenam (1248-1429M)
Pada periode ini, islam hanya berkuasa didaerah Granada. Dibawah Dinasti Bani Ahmar(1232-1429M) Peradaban mengalami kemajuan seperti zaman Abdurrahman An-Nashir. Akan tetapi secara politik, dinasti ini hanya berkuasa diwilayah yang kecil. Kekuasaan yang merupakan pertahanan terakhir berkuasa di Spanyol ini berakhir.karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan.
H. Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol
1. Kemajuan Intelektual dan Bidang Keilmuan Keagamaan
Ada beberapa kemajuan diberbagai bidang ilmu pengetahuan diantaranya a.Filsafat, b.Sains, c. Musik dan Kesenian, d.Bahasa dan sastra, e.Tafsir dan, f.Fiqih.
2. Kemajuan di Bidang Arsitektur Bangunan
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat islam sangat banyak. Pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman dan taman-taman diantara masjid yang megah adalah masjdi cordova, kota Al-Zahra, istana ja’fariyah disragosa, tembok taledo, istana Almukmin, masjid seville dan istana Al-Hamra di Granada.
Faktor pendukung Kemajuan Islam di Spanyol
Kemajuan islam di Spanyol sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat islam. Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab islam di Spanyol.
I. Pengaruh Peradaban Islam Spanyol di Eropa
Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini, banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan islam. Yang berkembang diperiode klasik. Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban islam . baik dalam hubungan politik, sosial maupun perekonomian dan peradaban antar negara. Pengaruh peradaban islam termasuk didalamnya pemikiran ibn Rusyd, ke Eropa yang belajar di universitas-universitas islam di Spanyol, seperti universitas cordova, seville, mangala, Granada dan Salamanca. Pengaruh ilmu pengetahuan islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaisance) pusaka Yunani di Eropa pada Abad ke-14 M Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali kedalam bahasa Latin.
J. Transasi Peradaban Spanyol di Eropa
Sebenarnya transmisi ilmu pengetahuan islam mengalir ke Eropa melalui berbagai jalur. Jalur-jalur tersebut adalah melalui perang Salib, negeri Sicilia, dan Spanyol (Andalusia):
1. Melalui perang salib
Perang salib yang terjadi dari tahun (1096-1273 M) / (489-666H) adalah perang antara Umat Kristen Eropa Barat ke Tanah Timur khususnya palestina yang dikuasai daulah islam.
Dengan adanya perang salib ini banyak membawa keuntungan bagi benua Eropa. Perhubungan orang Kristen dengan orang Timur Tengah memberikan Kemajuan dalam berbagai bidang. Ketika kembali ke Eropa kapal-kapal mereka membawa barang-barang berharga seperti kain tenun sutera, bejana dari porselin dan lain-lain.
2. Melalui Negara Sicilia
Sebagai titik persentuhan dari dua lapangan kebudayaan, maka pulau sicilia teristimewa merupakan alat penghubung untuk meneruskan pengetahuan kuno dan pengetahuan abad pertengahan. Ada dua jembatan jembatan penyebrangan filsafat islam ke Eropa pertama melalui orang-orang islam Andalusia (Spanyol), kedua melalui orang-orang Sicilia. Sebenarnya tidak hanya filsafat beberapa disiplin ilmu telah diperkenalkan dan dikembangkan di Sicilia. Diantara tokoh-tokoh yang mengembangkan ilmu disicilia adalah :
a. Hamzah Al-Basri, ahli filologi dan perawi dari penyair-penyair besar Arab Al-Mutanabbi.
b. Muhammad bin Khurasan, ahli status Al-Qur’an (sejarah hermenetik dan sejarah perkembangan huruf huruf Al-Qur’an).
c. Para dokter sicilia antara lain Abu sa’id bin ibrahim, Abu bakr Asiqili, ibnu Abi usaibi , Abu Abbas Ahmad bin Abdussalam.
d. Masih banyak lagi yang bergerak diberbagai bidang, antara lain bidang bahasa dan sastra.
3. Melalui Andalusia (Spanyol).
Peran Andalusia (Spanyol) sebagai wahana penyebrangan ilmu pengetahuan ke Eropa tidak diragukan lagi. Semasa islam di Andalusia ada sejumlah perguruan tinggi terkenal disana. Perguruan tinggi itu diantara lain : universitas cordova, sevilla, Malaga, dan Granada. Disamping itu juga memiliki gedung perpustakaan terbesar di Andalusia sedikit demi sedikit kehilangan wilayah kekuasaan. Tahun 1085 M, toledo direbut oleh kristen. Tahun 1236M cordova dirampas oleh raja Alfonso. Penyaluran ilmu pengetahuan Eropa dimulai ketika Toledo jatuh ketangan kristen mempermudah penyerapan ilmu-ilmu Arab, di Toledo didirikan sekolah Tinggi terjemah.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdirinya Daulah Umayyah berasal dari nama Umayyah Ibn ‘Abdi Syams Ibn ‘Abdi Manaf. Sejarah berdirinya dinasti ini dimulai pada saat Ali bin Abi Thalib dibunuh oleh Ibnu Muljam, lalu kepemimpinan Ali selanjutnya diteruskan oleh anaknya yang bernama Hasan. Sementara itu Mu’awiyah sebagi gubernur propinsi Suriah (Damaskus) juga menobatkan dirinya sebagai Khalifah. Kepemimpinan Hasan semakin melemah, sedangkan kepemimpinan Muawiyyah semakin kuat. Lalu Hasan menyerahkan kepemimpinannya kepada Muawiyyah, sejak itulah kepemimpinan dinasti Umayyah di deklarasikan. Kemajuan dinasti Umayyah dilakukan dengan ekspansi,sehingga menjadi negara islam yang besar luas serta sangat memperhatikan kemajuan pembangunan. Pada masa pemerintahan Al-walid Ibn Abdul Malik,ekspansi kebarat dilakukan secara besar-besaran,dan pada masa itu dikenal dengan masa ketentraman,kemakmuran dan ketertiban. Pada masa itulah disempurnakan penulisan al-Qur’an dengan memberikan baris dan titik pada huruf-hurufnya.
B. Saran
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penulis dapat mengetahui tentang dinasti Umayyah,namun makalah ini tak lepas dari segala kelemahan-kelemahan karena keterbatasan yang selalu ada pada diri manusia. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna tercapainya kemaslahatan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Mashurimas, “Makalah Kekuasaan Dinasti Umayyah”, di akses dari http://mashurimas.blogspot.com/2011/01/makalah-kekuasaan-dinasti-umayyah.html, pada tanggal 30 September 2012, pukul 14.49.
Al-Azizi, Abdul Syukur. 2014. Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Jogjakarta: Saufa.
Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam, cet.ke-2.Jakarta: Amzah.
Syalabi. 1997. Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Jakarta: Al-Ilusna Zikra.
Khoiriyah. 2012. Sejarah Islam. Yogyakarta: Penerbit Teras.
Hasan, Hasan Ibrahim. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam.Jakarta: Kalam Mulia.
Yatim, Badri. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Belum ada tanggapan untuk "Makalah Sejarah Peradaban Islam (Dinasti Umawiyah Timur-Barat 711-1492, 661-750)"
Post a Comment