Bagi anda yang ingin mempunyai filenya, silahkan download!.
Baca Makalah Lain:
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat Islam adalah Hasil pemikiran filsuf tentang ajaran ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam yang disinari ajaran islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis. Berbicara mengenai filsafat memang tidak ada habis-habisnya. Filsafat memang membingungkan dan sulit dipahami, namun dengan filsafat kita akan mengetahui esensi suatu hal. Dan salah satu pemikiran filsuf muslim dunia Timur Islam yang terkenal adalah Ibnu Sina. Dalam sejarah perkembangan filsafat abad pertengahan, sosok Ibnu Sina adalah sosok yang unik dan juga banyak memperoleh penghargaan yang semakin tinggi hingga masa modern. Selain itu, Ia adalah satu-satu filosof besar islam yang telah berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap dan terperinci.
Kebesaran ibnu sina bukan hanya krena ia memiliki sistem, tetapi karena sistem yang ia miliki menampakkan keaslian, yang menunjukkan jenis jiwa yang jenius dalam menemukan metode-metode dan alasan yang diperlukan untuk mrumuskan kembali pemikiran rasional murni dan tradisi intelektual hellenisme yang ia warisi dan lebih jauh lagi dalm sistem keagamaam islam.
Kehebatan ibnu sina tiadak lepas dari perjalanan intelektualnya semasa hidup. Pada masa usia yang masih sangat belia, ibnu sina sudah berkenalan dengan berbagai ajaran religius, filsafat, dan ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi
Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu Ali al-Husein ibn Abdullah ibn al-Hasan ibn Ali ibn Sina. Ia dilahirkan di desa Afsyan, dekat Bukhara, Transoxia (Persia Utara) pada 370 H (8-980 M). Ibnu Sina meninggal dunia pada tahun 1037 M dalam usia 58 tahun. Jazadnya dikebumikan di Hamadzan. Ibnu Sina sejak usia muda telah menguasai beberapa disiplin ilmu, seperti matematika, logika, fisika, kedokteran, astronomi, hukum, dan lain-lainnya, bahkan dalam usia sepuluh tahun ia telah hafal al-qur’an seluruhnya. Ketika anak genius ini berusia 17 tahun, dengan kepintaran.
yang sangat mengagumkan, ia telah memahami seluruh teori kedokteran yang ada pada saat itu. Ibnu Sina lebih dikenal di Barat dari pada di Timur. Di usia enam belas tahun, ia telah menyembuhkan Sultan Samaniah, Nuh bin Mansur, dari penyakit serius yang dideritanya. Ia kemudian diangkat menjadi dokter istana. Dengan posisinya ini, ia memiliki kesempatan untuk mempelajari buku-buku langka diperpustakaan Sultan. Dalam usia dua belas tahun,ia telah banyak meringkas buku-buku filsafat. Bahkan, buku pertama yang dituliskan dalam masalah psikologi dipersembahkan untuk Sultan, dengan judul Hadiyah ar-Ra’is ila al-Amir.
Di usia 22 tahun setelah kematian ayahnya, ia meninggalkan bukhara menuju Jurjan. Tidak lama kemudia ia meninggalkan Jurjan karena kekacauan politik. Ia pergi ke kota Hamazan, dimana ia berhasil menyembuhkan penyakit Sultan Syam ad-Dawlah dari Dinasti Buwaihi. Atas jasanya, Sultan mengangkatnya menjadi perdana menteri di Rayyand. Tetapi, kalangan tentara memusuhinya dan menjebloskannya kedalam penjara. Pada akhir hayatnya ia menjadi guru filsafat dan dokter di Ishfahan. Di berikan penyakit perut (maag) yang membawa kematiannya sebagai dampak dari kerja kerasnya untuk urusan negara dan ilmu pengetahuan. Pada waktu siang ia bekerja, malam ia membaca dan menulis hingga larut malam. Bulan-bulan terakhir kehidupannya, ia berpakaian putih, menyedekahkan hartanya kepada fakir miskin, dan mengisi waktunya untuk beribadat kepada Allah.
B. Karyanya
Pada usia 20 tahun ia telah menghasilkan karya-karya cemerlang, dan tidak heran kalau ia menghasilkan 267 karangan. Di antara karyanya yang terpenting adalah :
1. Al-Shifa’, berisikan uraian tentang filsafat yang terdiri atas 4 bagian: ketuhnan, fisika, matematika dan logika.
2. Al-Najah, berisikan ringkasan dari kitab Al-Syifa. karya tulis ini ditujukannya khusus untuk kelompok terpelajar yang ingin mengetahui dasar-dasar ilmu hikmah secara lengkap.
3. Al-Isyarah wa al-tanbihah, isinya mengandung uraian tentang logika dan hikmah.
4. Al-Qanun fi al-Thibb, berisikan ilmu kedokteran yang terbagi atas 5 kitab dalam berbagai ilmu dan berjenis-jenis penyakit dan lain-lainnya.
C. Filsafatnya
1. Al-Tawfiq (Rekonsiliasi) antara Agama dengan Filsafat
Sebagaimana Al-Farabi, Ibnu Sina juga mengusahakan pemaduan (rekonsiliasi ) antara agama dan filsafat. Menurutnya nabi dan filosof menerima kebenaran dari sumber yang sama, yakni malaikat Malaikat Jibril yang juga disebut Akal Kesepuluh atau Akal Aktif. Perbedaannya hanya terletak pada cara memperolehnya, bagi nabi terjadinya hubungan dengan Malaikat Jibril melalui akal materiil yang disebut hads (kekuatan suci, qudsiyyat), sedangkan filosof melalui Akal Mustafad. Dalam pandangan Ibnu Sina para nabi sangat diperlukan bagi kemaslahatan manusia dan alam semesta.
2. Ketuhanan
Ibnu Sina dalam membuktikan adanya Tuhan (isbat wujud Allah) dengan dalil wajib al-wujud dan mumkin al-wujud mengesankan duplikat Al-Farabi. Sepertinya tidak ada tambahan sama sekali. Akan tetapi, dalam filsafat wujudnya, bahwa segala yang ada ia bagi pada tiga tingkatan dipandang memiliki daya kreasi tersendiri sebagai berikut :
a. Wajib al-wujud, esensi yang tidak dapat tidak mesti mempunyai wujud. Disini esensi tidak bisa dipisahkan dari wujud; keduanya adalah sama dan satu. Esensi ini tidak dimulai dari tidak ada, kemudian berwujud, tetapi ia wajib dan mesti berwujud selama-lamanya.
b. Mumkin al-wujud, esensi yang boleh mempunyai wujud dan boleh pula tidak berwujud
c. Mumtani’ al-Wujud, esensi yang tidak dapat mempunyai wujud, seperti adanya sekarang ini juga kosmos lain di samping kosmos yang ada.
3. Emanasi
Telah disebutkan bahwa filsafat emanasi ini bukan hasil renungan Ibnu Sina, tetapi berasal dari “ramuan plotinus” yang menyatakan bahwa alam ini terjadi karena pancaran dari yang Esa. Kemudian, filsafat Plotinus yang berprinsip bahwa “dari satu hanya satu yang melimpah”. Ini di islamkan oleh Ibnu Sina bahwa Allah menciptakan alam secara emanasi. Bagi Ibnu Sina Akal Pertama mempunyai dua sifat : sifat wajib wujudnya sebagai pancaran dari Allah dan sifat mungkin wujudnya jika ditinjau dari hakikat dirinya. Dengan demikian Ibnu Sina membagi objek pemikiran akal-akal menjadi tiga: Allah (wajib al-wujud li dzatihi), dirinya akal-akal (mumkin al-wujud li ghairihi) sebagai pancaran dari Allah, dan dirinya akal-akal (mumkin al-wujud) ditinjau dari hakikat dirinya.
Sejalan dengan filsafat emanasi, alam ini kadim karena diciptakan oleh Allah sejak kidam dan azali. Akan tetapi, tentu saja Ibnu Sina membedakan antara kadimnya Allah dan alam. Perbedaan yang mendasar terletak pada sebab membuat alam terwujud. Keberadaan alam tidak didahului oleh zaman, maka alam kadim dari segi zaman.
4. Jiwa
Untuk membuktikan adanya jiwa, Ibnu Sina mengajukan beberapa argumen, yakni argumen psikofisik, argumen “aku” dan kesatuam fenomena psikologis, argumen kontinuitas, dan argumen manusia terbang di udara.
Jiwa manusia, sebagai jiwa-jiwa lain dan segala apa yang terdapat dibawah bulan, memancar dari akal 10. Ibnu Sina membagi jiwa dalam tiga bagian :
a. Jiwa tumbuh-tumbuhan dengan daya-daya : makan, tumbuh, dan berkembang biak.
b. Jiwa binatang dengan daya-daya:
1) Gerak
2) Menangkap, dibagi dua bagian : menangkap dari luar dan menangkap dari dalam. Menangkap dari dalam dibagi lagi menjadi lima bagian:
(i) Indera bersama
(ii) Representasi
(iii) Imajinasi
(iv) Estimasi
(v) Rekoleksi
c. Jiwa manusia dengan dua daya:
1. Praktis, yang hubungannya dengan badan
2. Teoritis yang hubungannya dengan hal-hal abstrak. Daya ini mempunyai tingkatan :
a) Akal materil
b) Mulai dilatih tentang hal-hal abstrak
c) Akal aktuil
d) Akal mustafad
Sifat seseorang tergantung pada jiwa manusia dari ketiga macam jiwa tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia yang berpengaruh pada dirinya. Jika jiwa tumbuh-tumbuhan dan binatang yang berkuasa pada dirinya, maka orang itu dapat menyerupai binatang. Tetapi jika jiwa manusia yang mempunyai pengaruh atas dirinya, maka orang itu dekat menyerupai malaikat dan dekat pada kesempurnaan.
D. Pengaruh Ibnu Sina di Timur dan Barat
Pemikiran Ibnu Sina dalam bidang sain, sastra dan filsafat mempunyai pengaruh yang nyata dan kuat baik di Timur maupun di Barat. Di antara para pemikiran Timur terkemuka yang mencerminkan pemikiran Ibnu Sina adalah Ath-Thusi, Suhrawardi dan Asy-Syirazi, Mir Damad, Shadruddin Asy-Syirazi (Mulla Shadra) dan seorang Kristen Suryani Ibnu Al-Ibri’.Ibnu Al-Ibri begitu setia dengan analisi IbnuSina mengenai hubungan Tuhan dengan dunia, keberadaan keburukan (evil), dan hakikat dan kesatuan jiwa manusia, dan kemustahilan pra-eksistensi dan perpindahan jiwa (reinkarnasi).
Akan tetapi tidak semua orang yang merasakan dampak pemikiran Ibnu Sina menanggapinya secara positif. Ibnu Sina juga mendapatkan kritik keras dari Al-Ghozali dan Asy-Syahrastani di Timur, dan Willian dari Auvergne dan Thomas Aquinas di Barat. Kritik-kritik ini, terutama menolak gagasannya tentang sifat dasar Tuhan, pengetahuannya tentang hal-hal partikuler dan hubungannya dengan dunia dan kekekalan jiwa.
BAB III
PENUTUP
Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu Ali al-Husein ibn Abdullah ibn al-Hasan ibn Ali ibn Sina. Ia dilahirkan di desa Afsyan, dekat Bukhara, Transoxia (Persia Utara) pada 370 H (8-980 M). Ibnu Sina meninggal dunia pada tahun 1037 M dalam usia 58 tahun.
Karya-karyanya:
1. Al- Syifa
2. Al- Najat
3. Al Isyarat Wa Al -Tanbilat
4. Al Qonun Fi Al Thibb
Filsafatnya :
1. Al-Tawfiq
2. Ketuhanan
3. Emanasi
4. Jiwa
Pengaruh Ibnu Sina di Timur dan Barat
Pemikiran Ibnu Sina dalam bidang sain, sastra dan filsafat mempunyai pengaruh yang nyata dan kuat baik di Timur maupun di Barat.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Hasyimsyah. 1999. Filsafat Islam. Jakarta : Gaya Media Pratama.
Supriyadi, Dedi. 2009. Pengantar Filsafat Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Zar, Sirajuddin. 2004. Filsafat Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Belum ada tanggapan untuk "Makalah Filsafat Islam (Pemikiran Filsuf Ibnu Sina)"
Post a Comment